Organisasi Renang Perdana: OSVIA, MULO, Kweekschool Dalam Bandungse Zwembond

Pada awal abad ke-20 di Bandung, perkembangan olahraga renang tak lepas dari peran institusi pendidikan. Organisasi Renang perdana di Kota Kembang, Bandungse Zwembond 1917, banyak melibatkan siswa dan staf dari sekolah-sekolah elit Belanda. OSVIA, MULO, dan Kweekschool menjadi pusat kegiatan renang, meskipun aksesnya masih sangat terbatas pada masa itu, mencerminkan era kolonial.

OSVIA (Opleidingsschool voor Inlandsche Ambtenaren) adalah sekolah untuk calon pegawai negeri pribumi. Meskipun bertujuan mencetak elite administrasi, siswanya yang terpilih seringkali diberikan privilese. Keterlibatan mereka dalam Organisasi Renang menunjukkan upaya kolonial membentuk ‘elite’ pribumi yang juga mengikuti gaya hidup Eropa.

MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) adalah sekolah menengah pertama Belanda. Siswa MULO, yang umumnya berasal dari keluarga Eropa atau pribumi terpandang, memiliki akses ke fasilitas olahraga. Partisipasi mereka dalam Organisasi Renang membuktikan bahwa renang sudah menjadi bagian dari kurikulum ekstrakurikuler elit.

Kweekschool, sekolah guru, juga berperan dalam Organisasi Renang ini. Para calon guru, terutama yang akan mengajar di sekolah-sekolah Belanda, didorong untuk menguasai berbagai keterampilan, termasuk renang. Mereka adalah bagian dari kelompok yang menikmati fasilitas dan menjadi anggota perkumpulan renang.

Bandungse Zwembond 1917 menjadi wadah bagi perkumpulan renang ini. Meskipun tujuannya untuk mengorganisir dan mengembangkan olahraga renang, Sejarah Gelap Kolam Renang menunjukkan bahwa diskriminasi tetap menjadi realitas. Hanya mereka yang berasal dari kalangan tertentu yang bisa bergabung, menikmati fasilitas seperti Kolam Renang Cihampelas.

Keterlibatan sekolah-sekolah ini dalam Organisasi Renang menegaskan bahwa olahraga renang pada masa itu adalah simbol status. Ini bukan tentang partisipasi massal, melainkan tentang membentuk citra dan gaya hidup elit yang selaras dengan nilai-nilai kolonial, jauh dari akses rakyat biasa.

Meskipun renang elit ini membatasi partisipasi, ia secara tidak langsung meletakkan Cikal Bakal Renang Indonesia. Metode pelatihan dan standar yang diterapkan di perkumpulan ini kelak akan menjadi referensi bagi pengembangan olahraga renang setelah kemerdekaan.

Para siswa dan staf dari OSVIA, MULO, dan Kweekschool yang aktif di Organisasi Renang ini menjadi pionir, meskipun dalam konteks yang terbatas. Mereka adalah generasi awal yang mengenali dan mengembangkan potensi olahraga air di Indonesia, yang akan berkembang pesat di kemudian hari.